Seminar Nasional: “Pendidikan Transformatif: Strategi Mencetak Generasi Adaptif, Kreatif, dan Resilien”

Pekanbaru, 18 Oktober 2025 — Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau kembali menggelar Seminar Nasional bertajuk “Pendidikan Transformatif: Strategi Mencetak Generasi Adaptif, Kreatif, dan Resilien.” Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid di Ballroom Hotel Royal Asnof Pekanbaru dan dihadiri oleh lebih dari 250 peserta yang terdiri atas akademisi, mahasiswa, guru, dan praktisi pendidikan dari berbagai daerah di Indonesia. Seminar ini menjadi ajang penting untuk memperkuat peran pendidikan Islam dalam membentuk generasi yang mampu menghadapi tantangan global dengan kecerdasan intelektual, spiritual, dan sosial.

Acara seminar dibuka secara resmi oleh Direktur Pascasarjana UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Prof. Dr. Helmiati, M.Ag bersamaan dengan pembukaan Seminar Nasional yang ditaja oleh 3 prodi lainnya yaitu prodi HKI S2, HKI S3 dan Tadris Bahasa Inggris S2. Dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa transformasi pendidikan merupakan kebutuhan mendesak di tengah perubahan zaman yang sangat cepat. Menurutnya, dunia pendidikan tidak bisa berjalan dengan pendekatan konvensional semata, melainkan harus berinovasi untuk mencetak sumber daya manusia yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki kemampuan adaptasi dan ketangguhan menghadapi disrupsi global.

Prof. Helmiati juga menegaskan bahwa pendidikan transformatif harus mampu menumbuhkan karakter kreatif dan resilien pada peserta didik. Hal ini sejalan dengan visi UIN Sultan Syarif Kasim Riau sebagai universitas Islam yang unggul dan bereputasi internasional. Melalui seminar ini, beliau berharap tercipta ruang dialog yang konstruktif antara akademisi dan praktisi pendidikan untuk merumuskan strategi efektif dalam membangun sistem pendidikan Islam yang relevan, berdaya saing, dan berkeadilan sosial.

Seminar nasional ini menghadirkan empat pemateri utama dari berbagai universitas Islam terkemuka di Indonesia. Pemateri pertama, Prof. Dr. Masdar Hilmy, M.A., Ph.D dari UIN Sunan Ampel Surabaya, memaparkan materi berjudul “Paradigma Pendidikan Transformatif dalam Konteks Revolusi Industri 5.0.” Dalam paparannya, beliau menyoroti pentingnya pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan mendorong mereka menjadi agen perubahan sosial. Pendidikan, katanya, tidak hanya bertujuan mentransfer ilmu, tetapi juga mentransformasi nilai dan cara berpikir agar generasi muda memiliki visi keumatan dan kebangsaan yang kuat.

Pemateri kedua, Prof. Dr. Syafrudin Nurdin, M.A., Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang, membahas tema “Membangun Kreativitas dan Adaptabilitas Melalui Kurikulum Transformatif.” Beliau menekankan bahwa kurikulum pendidikan harus dirancang secara dinamis, menyesuaikan kebutuhan zaman tanpa mengabaikan nilai-nilai spiritual Islam. Menurutnya, pendidik harus menjadi fasilitator yang mampu membimbing peserta didik untuk berpikir kritis, solutif, dan inovatif dalam menghadapi kompleksitas sosial modern.

Pemateri ketiga, Prof. Dr. Muhammad Zuhdi, M.Ed., Ph.D, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengangkat topik “Digitalisasi Pendidikan Islam: Tantangan dan Peluang dalam Transformasi Pendidikan.” Ia menjelaskan bahwa era digital membawa perubahan signifikan terhadap model pembelajaran. Guru dan dosen dituntut untuk melek teknologi agar pembelajaran menjadi lebih interaktif dan bermakna. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai moral Islam agar pendidikan tidak kehilangan ruh spiritualnya.

 

Sementara itu, pemateri keempat, Prof. Dr. Amril, M.A., Guru Besar UIN Sultan Syarif Kasim Riau, menyampaikan materi “Membangun Ketangguhan Generasi Melalui Pendidikan Karakter Islami.” Ia menegaskan bahwa resilien atau ketangguhan merupakan nilai kunci dalam pendidikan transformatif. Melalui pembelajaran berbasis nilai dan pengalaman hidup, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan untuk bertahan, beradaptasi, dan berkembang dalam situasi sulit tanpa kehilangan arah dan prinsip hidupnya.

Selama delapan jam kegiatan berlangsung, suasana seminar berjalan dinamis dan interaktif di bawah panduan moderator Dr. Djeprin E. Hulawa, M.Ag., CIIQA. Setiap sesi diisi dengan paparan ilmiah, tanya jawab, dan diskusi mendalam yang menggugah pemikiran peserta. Para pemateri juga saling melengkapi satu sama lain, memberikan perspektif yang luas tentang bagaimana pendidikan Islam dapat menjadi motor perubahan sosial yang berkeadilan dan berkelanjutan di masa depan.

Menutup acara, Prof. Dr. Helmiati, M.Ag menyampaikan apresiasi kepada seluruh narasumber, peserta, dan panitia yang telah menyukseskan kegiatan ini. Beliau menegaskan bahwa hasil dari seminar nasional ini diharapkan dapat menjadi pijakan bagi pengembangan kebijakan pendidikan Islam di Indonesia yang berorientasi pada nilai kemanusiaan, kreativitas, dan daya tahan. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, pendidikan Islam diyakini mampu menjadi fondasi kokoh dalam membentuk generasi adaptif, kreatif, dan resilien menuju masyarakat madani yang unggul dan berperadaban.

 

 

Leave a Reply